Jumat, 18 Februari 2011

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL CARE
PADA NY “ M “ POST SC DENGAN MASALAH NYERI
PADA LUKA BEKAS OPERASI DIRUANG NIFAS
RSUD UNAAHA KAB. KONAWE
TANGGAL 08 – 12 - 2009

No. Reg. : 025 8990
Tgl masuk : 06 – 12 - 2009

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR.
A. IDENTITAS ISTRI/SUAMI.
Nama : Ny ‘ M ‘ / Tn ‘ R ‘
Umur : 29 tahun / 29 tahun
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / PNS
Alamat : Puunaaha
B. DATA BIOLOGIS/FISIOLOGIS.
1. Keluhan Utama : nyeri pada bekas jahitan operasi sejak 2 hari yang lalu.
2. Riwayat keluhan utama.
a. Mulai timbul : sejak 2 hari yang lalu.
b. Sifat keluhan : hilang timbul.
c. Lokasi keluhan : Abdomen.
d. Pengaruh keluhan terhadap aktifitas : mengganggu.
e. Faktor pencetus : pengaruh bekas jahitan operasi.
f. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : istirahat dan minum obat yang diberikan oleh dokter.

3. Riwayat kesehatan yang lalu :
- Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x selama hamil.
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius seperti penyakit jantung, malaria, hipertensi dan demam.
- Tidak ada riwayat trauma, operasi dan transfusi darah.
- Tidak ada riwayat ketergantungan merokok, alkohol dan obat-obatan.
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Ke Kehamilan Persalinan Nifas
Thn Umur
kehamilan Penolong Jenis
Persalinan Perlangsungan BBL KU Ibu/ Bayi Perlansung Lamanya menyusui
I 2001 38-40 minggu Dokter SC - 300 kg Baik Normal ± 1 thn
II 2009 38-40 minggu Dokter SC - 3,6 kg Baik Normal -

5. Riwayat nifas sekarang.
- Ibu melahirkan anak kedua dan tidak pernah mengalami keguguran.
- PII AO
- HPHT : 26 – 2 – 2009.
- TP : 3 – 12 – 2009.
- Jenis persalinan seksio secarea (SC), dengan indikasi kontraksi uterus yang kurang.
- Bayi lahir dengan SC, pukul 11.30 WITA, BB : 3,6 kg, PBL : 49 cm, JK : ♀.
6. Riwayat keluarga.
Tidak ada riwayat penyakit menular maupun penyakit keturunan di dalam keluarga.
7. Riwayat Obstetri.
a. Riwayat haid.
- Menarche : 15 tahun.
- Siklus haid : 28 – 30 hari.
- Durasi haid : 7 hari.
- Perlangsungan : normal.
- Dismonerea : tidak ada.
- Gangguan haid : tidak ada.
8. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita tumor atau operasi ginekologi.
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menjadi akseptor KB suntik DP (3 bulan).
10. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
- Pola makan : teratur.
- Frekuensi makan : 3 x sehari.
- Kebutuhan minum : 6 – 7 gelas.
- Setelah operasi SC : pola makan teratur, ibu makan makanan lunak (bubur).
b. Eliminasi
Kebiasaan sehari-hari
- Frekuensi BAK : 4 - 5 x/hari.
- Warna/Bau : kuning/amoniak.
- Gangguan BAK : tidak ada.
- Frekuensi BAB : 1 x/hari.
- Warna/konsistensi BAB : kuning lunak.
- Gangguan BAB : tidak ada.
Perubahan SC.
Ibu belum pernah BAB.
c. Istirahat/tidur.
Kebiasaan.
- Tidur siang : 2 – 3 jan/hari.
- Tidur malam : 6 – 8 jam/hari.
Perubahan setelah operasi SC.
Istirahat/waktu tidur terganggu karena nyeri yang dirasakan.
d. Personal Hygiene.
Kebiasaan.
- Kebersihan rambut.
Keramas 3 kali seminggu menggunakan shampoo.
- Kebersihan tubuh.
Ibu mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi.
- Kebersihan genetalia.
Ibu mengganti pakaian dalam sehabis BAB/BAK atau bila merasa kotor.
- Kebersihan pakaian.
Diganti setiap kali kotor/sehabis mandi.
- Kebersihan kuku.
Kuku tangan dan kaki tampak bersih dan dipotong bila sudah panjang.
Perubahan setelah operasi SC.
Ibu belum mandi dan pakaian dalam masih dibantu untuk menggantinya.
11. Pemeriksaan.
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kesadaran composmentis.
3. Tanda-tanda vital
- TD : 120/80 mmHg.
- N : 80 x/menit.
- S : 36,5 oC.
- P : 20 x/menit.

4. Pemeriksaan fisik.
o Kepala.
Rambut panjang, tidak ada ketombe dan tidak ada benjolan.
o Muka.
Tidak ada oedema dan tidak pucat.
o Mata.
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak pucat, scelera tidak ikterus.
o Hidung.
Simetris kiridan kanan, tidak ada secret, tampak bersih.
o Mulut/bibir.
Bibir lembab, tidak pucat, lidah bersih, gigi tidak ada caries.
o Telinga.
Simetris kiri dan kanan, dan tidak ada sekret.
o Leher.
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenjar tyroid.
o Payudara.
Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada benjolan, areola mamae hyperpigmentasi, colostrum (+).
o Abdomen.
Ada luka bekas operasi SC terbungkus has steril, ibu memakai gurita.
o Genetalia.
Tampak pengeluaran lucia rubra, terpasang kateter.
o Eltermitas atas : simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan varices (-).
5. Pemeriksaan penunjang.
Tidak dilakukan.
6. Data psikologis.
o Ekpresi wajah : ibu tampak meringis.
o Adaptasi psikologis : ibu mulai beradaptasi dengan peramn barunya sebagai ibu.
o Harapan klien dan keluarga: ibu sehat serta cepat pulih seperti keadaan semula.
o Reaksi penerimaan anak : ibu sangat bahagia.
7. Data sosial.
Hubungan ibu dengan suami, keluarga serat tetangga baik.
8. Data spritual.
Ibu belum dapat melaksanakan ibadah sahalat karena masih dalam masa nifas.

















LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL.
GII AO pos SC hari ke dua, dengan maslah nyeri pada bekas jahitan operasi.
1. PII AO
Dasar :
DS : ibu melahirkan anak yang ke 2 dan tidak pernah mengalami
keguguran.
DO : -
Analisis dan interpretasi data.
- Ibu hamil yang kedua kalinya dan tidak pernah mengalami keguguran.
- Pada kehamilan ini tonus otot tidak tegang karena sudah pernah mengalami persalinan sebelumnya.
2. Pos SC hari ke 2.
Dasar :
DS : ibu di SC tanggal 7 – 12 – 2009 pukul 11.30 WITA.
DO : - Luka masih basah.
- Tampak pengeluaran lochia rubra berwarna merah.
Analisis dan interpretasi data.
- Terhitung dari tanggal operasi sampai dengan tanggal pengkajian terhitung dua hari.
- Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas hari 1 - 2. Lochea berupa darah yang bercampur dengan jaringanmati disebut lochia rubra.
( Hanifa, Wiknjosatro. Ilmu kebidanan 2006).
3. Nyeri pada luka bekas operasi.
Dasar :
DS : nyeri pada bekas jahitan operasi.
DO : - Ibu tampak meringis jika kesakitan.
- Nampak luka bekas operasi.

Analisis dan interpretasi data.
- Terputusnya kontanuitas jaringan pada area abdomen akibat dari secsio sesarea menyebabkan reseptor nyeri luka nonsensitif didalam kulit, merangsang serabut memasuki medulla spinalis dan mengantarkan infulse ke hipotalamus dan korteks sensoris semotil.
- Nyeri pada bekas jahitan disebabkan adanya perlukaan pada abdomen dan adanya akibat insisi abdomen. Hal ini pemicu terjadinya infeksi.
( Hanifa, Wiknjosatro. Ilmu kebidanan 2007).



LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL.
Potensial terjadinya sepsis.
Dasar :
DS : Nyeri pada bekas jahitan operasi
DO : - Tampak luka jahitan masih basah.
- TTV :
TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC
P : 20 x/menit.
Analisis dan interpretasi data.
Luka-luka jalan lahir, seperti luka laserasi yang telah dijahit, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh dengan sendirinya, kecuali bila terjadi infeksi. Infeksi mungkin dapat mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
( Hanifa, Wiknjosatro. Ilmu kebidanan 2006).


LANGKAH IV : EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.


LANGKAH V : RENCANA ASUHAN.
Tujuan :
- Masa nifas berlangsung normal.
- Keadaan umu ibu baik, TTV dalam batas normal.
- Nyeri teratasi.
- Tidak terjadi sepsis.
Kriteria :
- Terjadi infolus uterus, tidak terdapat bahaya nifas.
- TFU tidak teraba, lochea rubra.
- Ekspresi ibu tidak cemas/ceria.
- Ibu tidak merasakan nyeri.
- TTV dalam batas normal.
TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
- Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.

Rencana tindakan :
1. Berikan senyum, sapa salam pada ibu.
Rasional :
Senyum sapa salam membantu dalam menjani suasan akrab dengan keluarga pasien serta dapat memberi rasa nyaman dan kepercayaan.
2. Lakukan informet consent kepada ibu dan keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan.
Rasional :
Informet consent penting untuk membantu melancarkan tindakan yang akan dilakukan, serta melindungi petugas dari kemungkinan hukum.
3. Pantau keadaan umum.
Rasional :
Memantau keadaan umum dan TTV bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalh kesehatan ibu serta sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
4. Observasi TTV dan kontraksi uterus.
Rasional :
- Mengetahui apakah kontraksi uterus baik atau tidak dan untuk antisipasi adanya perdarahan akibat anotia uteri.
- TFU merupakan salah satu indikator terjadinya proses involution uterus yang tidak sesuai dengan semestinya menandakan terjadinya subinvolusi yang dapat menyebabkan infeksi.
5. Observasi pengeluaran lochea.
Rasional :
Mengetahui warna dan bau lochea untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi seperti involusi uteri yang kurang baik dan adanya infeksi.
6. Kaji rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu.
Rasional :
- Dengan mengkaji kita dapat menentukan tindakan selanjutnya.
7. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
Rasional :
Dengan istirahat yang cukup dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.
8. Beri penjelasan tentang fisologi nyeri.
Rasional :
Dengan mengetahui fisiologi nyeri ibu dapat mengerti dan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan setelah melahirkan.
9. Anjurkan ibu untuk meningkatkan makanan yang bergizi.
Rasional :
Makan bergizi sab\ngat diperlukan dalam masa post partum untuk membantu memulihkan kondisi ibu dan juga untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI.
10. Berikan penjelasan pada ibu tentang teknik menyusui yang benar.
Rasional :
Dengan menyusui yang benar kebutuhan bayi akan ASI dapat terpenuhi dan dapat mencegah terjadinya lecet pada putting susu.
11. Ajurkan ibu untuk melakukan personal hygiene.
Rasional :
Dengan mengajarkan bagaiman personal hygiene pada ibu, ibu bisa mengerti dan melakukan apa yang kita anjurkan bagaimana melakukan vulva hygiene terutama kebersihan vagina ibu.
12. Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif.
Rasional :
ASI eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena ASI mengandung antibody dan zat-zat yang penting.
13. Beri obat injeksi IV.
Rasional :
Dengan memberikan injeksi obat yang diberikan oleh dokter atau bidan akan mengurangi keluhan yang dirasakan dan mempercepat proses penyembuhan obat yang diberikan.
- Cefotoxim.
- Ranitidine.
- Antrain.

14. Ganti perban luka bekas operasi.
Rasional :
Dengan mengganti perban akan mencegah masuknya kuman ke dalam bekas luka.
15. Ajurkan ibu untuk tetap menjadi akseptor KB.
Rasional :
Kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan sehingga ibu dan keluarga mempunyai waktu yang cukup untuk merawat dan mengasuh anak minimal umur anak 2 tahun.
16. Anjurkan pada ibu cara perawatan bayi.
Rasional :
Dengan cara kita memberitahukan bagaimana cara merawat bayi ibu bisa mengerti dan ibu melakukan sendiri bagaimana merawat bayinya dan agar bayinya bersih dan sehat.
17. Anjurkan pada ibu cara mengenal tanda-tanda komplikasi pada masa nifas agar ibu antisipasi apabila terjadi komplikasi pada dirinya saat masa nifas.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 8 – 12 - 2009 Jam 07.00 WITA
1. Memberikan senyum, sapa salam pada ibu.
Hasil : ibu menerima bidan dengan senang hati.
2. Melakukan informet consent kepada ibu dan keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan.
Hasil : ibu bersedia untuk setiap tindakan yang dilakukan kepadanya.
3. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV.
Hasil :
- KU ibu baik.
- Kesadaran composmentis.
- TTV
TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
4. Mengobservasi pengeluaran lochea.
Hasil : pengeluaran lochea rubra.
5. Mengkaji tingkat nyeri.
Hasil : nyeri yang dirasakan sedang.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
Hasil :
Ibu mengerti dan amu melakukan anjuran yang diberikan.
7. Mengajurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
Hasil :
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
8. Memberikan penjelasan pada ibu untuk memberikan ASI serta pentingnya ASI eksklusif setelah ibu dapat berjalan dan bergerak.
Hasil :
Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama bagian genetalia dan bekas luka operasi.
10. Memberikan obat injeksi IV.
Hasil :
- Cefotaxim /IV/8 jam.
- Ranitidine /IV/12 jam.
- Antrain /IV/8 jam.
11. Mengganti perban dengan menggunakan kasa steril.
Hasil :
Luka masih nampak basah.

LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal 08 – 12 – 2009 Jam 07.30 WITA
1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
3. Pengeluaran lochea rubra.
4. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
5. Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran yang diberikan bidan.


















DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN
(SOAP)
Tanggal 08 – 12 - 2009

IDENTITAS ISTRI/SUAMI.
Nama : Ny ‘ M ‘ / Tn ‘ R ‘
Umur : 29 tahun / 29 tahun
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / PNS
Alamat : Puunaaha

SUBYEKTIF (S)
- Operasi SC tanggal 06 – 12 – 2009, pukul 11.30 WITA.
- Nyeri pada bekas jahitan operasi.

DATA OBYEKTIF (O)
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kesadaran composmentis.
3. Tanda-tanda vital
- TD : 120/80 mmHg.
- N : 80 x/menit.
- S : 36,5 oC.
- P : 20 x/menit.
4. Nampak luka operasi.
5. Terpasang infus RL 28 tetes/menit.
6. Pengeluaran lochea rubra.
7. Terpasang kateter.
ASSESMENT (A)
- PII AO, pos ophari ke dua dengan masalah nyeri pada bekas jahitan operasi.
- Potensial terjadi infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.

PLANNING (P)
Tanggal 08 – 12 – 2009 Jam 07.00 WITA
1. Memberikan senyum, sapa salam pada ibu.
Hasil : ibu menerima bidan dengan senang hati.
2. Melakukan informet consent kepada ibu dan keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan.
Hasil : ibu bersedia untuk setiap tindakan yang dilakukan kepadanya.
3. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV.
Hasil :
- KU ibu baik.
- Kesadaran composmentis.
- TTV
TD : 120/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
4. Mengobservasi pengeluaran lochea.
Hasil : pengeluaran lochea rubra.
5. Mengkaji tingkat nyeri.
Hasil : nyeri yang dirasakan sedang.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
Hasil :
Ibu mengerti dan amu melakukan anjuran yang diberikan.
7. Mengajurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
Hasil :
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
8. Memberikan penjelasan pada ibu untuk memberikan ASI serta pentingnya ASI eksklusif setelah ibu dapat berjalan dan bergerak.
Hasil :
Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama bagian genetalia dan bekas luka operasi.
10. Memberikan obat injeksi IV.
Hasil :
- Cefotaxim /IV/8 jam.
- Ranitidine /IV/12 jam.
- Antrain /IV/8 jam.
11. Mengganti perban dengan menggunakan kasa steril.
Hasil :
Luka masih nampak basah.
12. Menganjurkan pada ibu untuk menjadi akseptor KB.
Hasil :
Ibu bersedia menjadi akseptor KB.

Read more!

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARG BERENCANA PADA NY ‘ E ‘ AKSEPTOR DEPO PROGESTIN DI RUANG
POLI KIA/KB RSUD KAB. KOLAKA
TANGGAL 23 – 12 -2009

No. Reg : 0258991
Tgl kunjungan : 23 – 12 - 2009
Tgl Pengkajian : 23 – 12 – 2009
Nama pengkaji : Juniatin.

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny ‘ E ‘ / Tn ‘ M ‘
Umur : 26 thn / 30 thn
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT/Tani
Alamat : Sabilambo
B. DATA BIOLOGIS/FISOLOGIS
1. Alasan kunjungan : ibu datang ke poli KIAuntuk melanjutkan suntik KB 3 bulanan (depo progestin).
2. Riwayat kesehatan yang lalu.
a. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit mrnular seperti TBC, PMS dll.
b. Tidak ada riwayat opname, trauma, operasi dan trasfusi darah.
c. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
d. Tidak ada riwayat adiksi terhadap obat-obatan, rokok dan alkohol.

3. Riwayat keluarga.
Tidak ada riwayat penyakiy menular maupun penyakit keturunan dalam keluarga.
4. Riwayat Reproduksi.
a. Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 – 30 hari
Durasi haid : 6 – 7 hari
Perlangsungan : Normal
b. Riwayat keluarga berencana.
- Jenis kontrasepsi yang digunakan.
- Lamanya pemakaian kontrasepsi.
- Keluhan yang dirasakan selama menggunakan kontrasepsi : gangguan haid.
c. Riwayat ginekologi.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit neoplasma (tumor), PMS atau infeksi alat reproduksi.
5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar.
a. Kebutuhan nutrisi.
Kebiasaan :
- Pola makan ibu : ibu mengkonsumsi nasi, ikan, sayur, tempe, tahu dll.
- Frekuensi makan : 3 x sehari.
- Jumlah cairan minum : ± 6 – 8 gelas / hari.
Perubahan setelah ber - KB.
Ibu mengatakan tidak ada perubahan selama ber – KB.
b. Kebutuhan eliminasi.
Kebiasaan :
- Frekuensi BAK : 3 – 4 x/hari.
- Warna/bau : kuning/amoniak.
- Gangguan eliminasi BAK : tidak ada.
- Frekuensi BAB : 1 x sehari.
- Warna/konsistensi : kuning/lunak.
- Gangguan eliminasi BAB : tidak ada.
Perubahan selama ber-KB.
Ibui mengatakan tidak ada perubahan selama ber-KB.
c. Kebutuhan personal Hygiene.
Kebiasaan :
- Kebersihan rambut : Keramas 3 X Seminggu menggunakan shampoo.
- Kebersihan badan : Mandi 2 x sehari dengan menggunakan sabun mandi.
- Kebersiahn mulut/gigi : menggosok gigi 2 x sehari dgn pasta gigi.
- Kebersihan genetalia : genetalia dan anus dibersihkan setiap kali selesai BAK/BAB atau sesudah mandi.
- Kebersihan kuku tangan dan kaki : dipotong setiap kali panjang dan dibersihkan bila kotor.
- Kebersihan pakaian : diganti setiap mandi atau setiap kali kotor.
d. Kebutuhan istirahat/tidur.
Kebiasaan :
- Istirahat/tidur siang : ± 2 jam ( jam 13.00 – 15.00 WITA ).
- Istirahat/tidur malam : ± 7 - 8 jam ( jam 22.00 – 06.00 WITA ).
Perubahan selama ber-KB.
Ibu mengatakan tidak ada perubahan selama ber-KB.
e. Pemeriksaan fisik.
1. Pemeriksaan fisik umum.
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Kesadaran composmentis.
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
d. Inspeksi kepala/rambut : rambut hitam, bersih tidak berketombe, tidak rontok dan tidak ada benjolan.
e. Ekspresi wajah/muka : ekspresi wajah seperti biasa, tidak pucat, tidak ada oedema.
f. Inspeksi mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis, scelera tidak ikterus, penglihatan jelas.
g. Inspeksi hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret.
h. Inspeksi gigi/mulut : keadaan mulut bersih, bibir lembab, tidak ada sariawan, gigi bersih dan lengkap, tidak ada carries.
i. Inspeksi telinga : simetris kiri dan kanan, tampak bersih, pendengaran (+), tidak ada secret.
j. Inspeksi/palpasi payudara : simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol, tampak bersih dan tidak ada benjolan.
k. Inspeksi/palpasi abdomen : tampak bersih, tidak ada luka bekas operasi.
l. Inspeksi genetalia : tidak dilakukan.
m. Inspeksi tungkai : tidak ada oedema dan varices.
2. Pemeriksaan ginekologi.
Tidak dilakukan pemeriksaan ginekologi.


C. DATA PSIKOLOGIS.
Ibu berkomunikasi dengan baik, ekspresi wajah tidak gelisah dan tidak pucat.

D. DATA SOSIAL
Hubungan ibu dengan suami, anak dan keluarga baik tidak ada perubahan selama ber-KB.

E. DATA SPRITUAL
Ibu tetap menjalankan ibadah seperti biasa.

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Akseptor KB suntikan dengan masalah gangguan haid.
1. Akseptor KB suntikan.
Dasar :
DS : Ibu mengatakan ingin melanjutkan alat kontrasepsi suntikan.
DO : -
Analisis dan Interpretasi data.
Depo progestin sebagai alat kontrasepsi suntikan yang diberikan dengan interval 3 bulan dengan dosis 150 mg/3 cc secara intramuscular dapat diberikan pada ibu menyusui dan mempengaruhi produksi ASI yang sangat penting sebagai kontrasepsi karena angka kegagalan ± 1 %.
2. Gangguan haid.
Dasar :
DS : Ibu mengatakan haidnya tidak teratur.
DO : -
Analisis dan interpretasi data.
Gangguan haid seperti siklus yang pendek/memanjang, adanya gangguan darah yang banyak/sedikit atau bercak (spooting) bahkan tidak ada haid sema sekali, selain itu sakit kepala merupakan salah satu efek samping dari cairan depo progestinyang disuntikan ke tubuh ibu, sehingga hormon reproduksi wanita seperti progestin dan estrogen akan mempengaruhi kerja organ reproduksi wanita itu sendiri.

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL.
Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

LANGKAH IV. EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI.
Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera/kolaborasi.

LANGKAH V. RENCANA ASUHAN.
Tujuan :
- Keadaan umum ibu baik.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Ibu memahami tentang maslah gangguan haid adalah kerja dari obat depo progestin yang masuk ke dalam tubuh.
Kriteria :
- Kesadaran composmentis.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
Rencana tindakan :
1. Lakukan komunikasi dengan ibu (konseling).
Rasional:
Komunikasi yang baik dapat mendorong kepercayaan antar hubungan dengan pasien dan bidan.
2. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Tanda-tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum ibu untuk menentukan intervensi selanjutnya.
3. Jelaskan pada ibu tentang keuntungan dan efek samping kontrasepsi suntikan KB depo progestin.
Rasional :
Menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang alat kontrasepsi yamng digunakan dan memberi kesempatan pada ibu memilih alat kontrasepsi yang diinginkan.
4. Berikan suntikan depo progestin.
Rasional :
Melanjutkan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan emnjarangkan kehamilan.
5. Anjurkan ibu untuk melakukan suntikan ulang sesuai jadwal yang ditentukan.
Rasional :
Mencegah terjadinya kehamilan karena keterlambatan penggunaan alat kontrasepsi ulang.

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 23 – 12 - 2009 Jam 10.00 WITA
1. Melakukan komunikasi dengan ibu (konseling).
Hasil :
Ibu mau terbuka terhadap maslah yang dialami kepada bidan/petugas kesehatan.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil :
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
P : 20 x/menit.
3. Menjelaskan pada ibu tentang keuntungan dan efek samping kontrasepsi suntikan KB depo progestin, yaitu :
- Keuntungan :
Sangat efektif mencegah kehamilan yang panjang, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah tidak memiliki pengaruh terhadap ASI serta menurunkan kejadian penyakit jinak payudara dan mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
- Efek samping :
Sering ditemukan gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Hasil :
Ibu mengerti dan memahami dengan penjelasan.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memakai kontrasepsi suntik depo progestin.
Hasil :
Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang ditentukan.
Hasil :
Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan.
(17 – 3 – 2010).

LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 7 Mei 2009 Pukul : 10.15 WITA
1. TTV dalam batas normal.
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
2. Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan bidan.
3. Ibu tetap menjadi akseptor KB.
4. Ibu mengerti dan memahami semua penjelasan bidan dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.


















PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
(SOAP)
TANGGAL 23 – 12 – 2009

No. Reg : 0258991

IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny ‘ E ‘ / Tn ‘ M ‘
Umur : 26 thn / 30 thn
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT/Tani
Alamat : Sabilambo

DATA SUBYEKTIF (S)
- Ibu mengatakan sudah 3 bulan menggunakan alat kontrasepsi suntik depo progestin.
- Ibu mengatakan selam ber-KB mengalami gangguan haid.

DATA OBYEKTIF (O)
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Kesadaran composmentis.
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
S : 36,5 oC.
P : 20 x/menit.
ASSESMENT (A)
Akseptor KB suntik Depo progestin.

PLANNING (P)
Tanggal 23 – 12 – 2009 Pukul : 10.00 WITA
1. Melakukan komunikasi dengan ibu (konseling).
Hasil :
Ibu mau terbuka terhadap maslah yang dialami kepada bidan/petugas kesehatan.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil :
TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/menit.
P : 20 x/menit.
3. Menjelaskan pada ibu tentang keuntungan dan efek samping kontrasepsi suntikan KB depo progestin, yaitu :
- Keuntungan :
Sangat efektif mencegah kehamilan yang panjang, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah tidak memiliki pengaruh terhadap ASI serta menurunkan kejadian penyakit jinak payudara dan mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
- Efek samping :
Sering ditemukan gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Hasil :
Ibu mengerti dan memahami dengan penjelasan.
4. Menganjurkan kembali kepada ibu untuk tetap memakai kontrasepsi suntik depo progestin.
Hasil :
Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang ditentukan (17 – 3 – 2010).
Hasil :
Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan.

Read more!

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL PADA BAYI NY “ A “ DI RUANG BERSALIN RSUD UNAAHA KAB. KONAWE
TANGGAL 12 – 12 - 2009

No. Register : 010778
Tgl masuk : 9 – 12 - 2009

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS BAYI
Nama : Bayi Ny ‘A’.
Umur : 1 hari.
Tanggal/jam lahir : 11 – 12 - 2009 Jam 09.30 WITA.
BBL/PBL/JK : 2500 gram/48 cm/perempuan.
Anak ke : I.

B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama : Ny ‘ A ‘ / Tn ‘ J ‘
Umur : 31 tahun / 38 tahun
Suku : Selayar / Bugis.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Desa Inalahi, Wawotobi.

C. RIWAYAT OBSTERI (IBU)
1. Riwayat kehamilan : GII PO AI
2. Permulaan kehamilan HPHT : 15 – 3 - 2009
TP : 22 – 12 - 2009
3. Pemeriksaan kehamilan : Teratur.
4. Total ANC : 1 x trimester I
2 x trimester II
1 x trimester III
5. Suntikan TT : 2 x selama hamil yaitu pada umur kehamilan
20 minggu (TT1) dan 24 minggu (TT2).
6. Penyakit selama hamil : -
7. Kebiasaan waktu hamil :
- Tidak ada makanan pantang.
- Nafsu makan kurang.
- Ibu tidak merokok.

D. RIWAYAT KEHAMILAN/PERSALINAN
- Jenis persalinan : Spontan, LBK, Normal, Langsung menangis.
- Tanggal lahir/jam : 11 – 12 – 2009 / jam 09.30 WITA.
BBL : 2500 gram.
PBL : 48 cm.
JK : Perempuan.
- Ditolong oleh bidan.

E. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI
1. Nutrisi
a. Jenis : ASI + susu formula.
b. Frekuensi : Tiap 2 – 3 jam.
c. Saat kapan : Saat bayi lapar/haus.
d. Cara pemberian : Disusui langsung dan susu formula
menggunakan sendok.
e. Kemampuan mengisap : Baik
f. Kesulitan : Tidak ada

2. Eliminasi
a. BAK
- Frekuensi : 4 – 5 x/hari.
- Bau/Warna : Khas amoniak/kuning muda.
b. BAB
- Frekuensi : 1 – 2 x/hari
- Konsistensi/warna : Lunak/kehitam-hitaman (mekonium).
3. Mandi
Dimandikan 1kali sehari pada pagi hari.
4. Tidur
a. Lamanya tidur : tidak menentu
b. Kesulitan tidur : tidak ada
c. Waktu tidur : pagi hari, siang hari dan malam hari. Bayi sering terbangun dan menangis jika lapar dan popoknya basah.

F. DATA PSIKOSOSIAL
1. Pola emosional bayi
- Bayi menangis jika popoknya basah.
- Bayi menyusu belum terlalu kuat.
- Bayi tidak gelisah.
2. Pola emosional orang tua/ibu
- Ibu senang dan bahagia atas kelahiran bayinya dan akan merawat bayinya dengan baik.
- Ibu berharap agar bayinya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat.
3. Interaksi orang tua terhadap bayi baik.



G. PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan pengukuran.
1. Ukuran lingkaran.
a. Lingkar kepala : 29 cm
b. Lingkar dada : 28 cm
c. Lingkar perut : 29 cm
d. Lingkaran lengan : 9 cm
2. Ukuran panjang
a. Kepala-simfisis : 28 cm
b. Simfisis-kaki : 20 cm

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Bayi baru lahir normal. Spontan LBK (letak belakang kepala) cukup bulan sesuai dengan umur kehamilan 38 minggu + 5 hari dengan umur 1 hari.

Dasar :
DS : - Ibu mengatakan HPHT tgl 15 – 3 – 2009.
- Ibu mengatakan bayinya lahir tagl 11 – 12 – 2009.
Jam : 09.30 WITA.
- Ibu mengatakan bayinya perempuan dan tidak ada kelainan.
DO : - TP : 22 – 12 – 2009.
- Masa gestasi 38 minggu + 5 hari.
- Apgar Score : 8/9
- BBL/PBL : 2500 gram/48 cm.
- TTV (P : 48 x/menit, S : 36,8 oC, N : 124 x/menit.
- Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan.



Analisa dan Interpretasi data.
- BB normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan BBL antara 2500 – 4000 gram dan PBL ≥ 45 cm.
- Pertumbuhan organ-organ tubuh bayi sudah normal, baik anatomi maupun fisiologis.
( Ilmu kebidanan 2007 )





LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang mendukung terjadinya masalah potensial.

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan/segera atau kolaborasi.

LANGKAH V. RENCANA ASUHAN
Tujuan :
- Bayi dapat melewati masa transisi dengan baik.
- Tidak terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat.
- Bayi sehat dan dalam keadaan normal.
- Bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan diluar kandungan.
Kriteria keberhasilan :
- Bayi sehat, TTV dalam batasan normal
- Tali pusat tidak merah dan tidak bengkak
- Tali pusat kering dan cepat pupuh/lepas
Rencana tindakan.
1. Observasi Keadaan Umum dan TTV.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi secara dini maslah BBL serta indikator untuk melakukan tindak selanjutnya.
2. Beri kehangatan bayi dengan membungkus dan menyelimuti tubuh bayi.
Rasional :
Bayi pada awal kehidupannya sangat mudah kehilangan panas bila berada lingkungan yang kurang baik.
3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti pembungkus tali pusat setiap kali habis mandi.
Rasional :
Bertujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat dan mempercepat puputnya tali pusat.
4. Anjurkan pada ibu untuk mengganti popok bayinya setiap kali basah.
Rasional :
Merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya hipotermi dan juga dapat mencegah ruam popok sebagai reaksi kulit terhadap amoniak pada urine dan penyebaran bakteri pada feces.
5. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
Rasional :
Dengan menyusui bayinya sesering mungkin dapat merangsang produksi ASI dan merangsang refleks isap bayi.
6. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Perawatan tali pusat.
Rasional :
Untuk mencegah infeksi dan mempercepat puputnya tali pusat serta memberikan rasa nyaman pada bayi.
b. ASI eksklusif.
Rasional :
ASI merupakan makan utama bayi yang dapat memberi keuntungan bagi tumbuh kembang bayi, ASI 1 – 3 sangat berisi colostrum yang mengandung antibodi yang sangat penting bagi bayi.
c. Tanda-tanda infeksi.
Rasional :
Pengenalan tanda-tanda infeksi pada ibu dan keluarga agar ibu dapat mengenali tanda-tanda infeksi sehingga ibu dapat mengambil tindakan yang sesuai jika menemukan tanda-tanda tersebut.
7. Anjurkan pada ibu untuk membawa bayinya ke posyandu.
Rasional :
Untuk dapat memperoleh imunisasi secara lengkap dan dapat mengetahui perkembangan bayinya.






LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 12 – 12 - 2009 Jam 06.30 WITA
1. Memberitahu pada ibu tentang KU dan TTV bayi dengan hasil dalam keadaan baik.
TTV (P : 48 x/menit, S : 36 oC, N : 124 x/menit)
2. Memberi kehangatan pada bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut yang bersih dan kering.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti pembungkus tali pusat setiap kali habis mandi.
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti popok bayinya setuap kali basah/kotor.
5. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
6. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan tali pusat dan jangan dibubuhi dengan sesuatu seperti bedak atau ramuan.
b. ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya sampai umur 6 bulan.
c. Tanda-tanda infeksi diantara tali pusat kemerahan, bau busuk dan bayi demam.
7. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu.









LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 12 – 12 - 2009 Jam 07.00 WITA
1. Keadaan Umum bayi baik, TTV dalam batas normal
( P: 48 x/menit, S : 36,8 oC, N : 120 x/menit ).
2. Bayi tidak mengalami hipotermi.
Hasil : suhu dalam keadaan normal ( S : 36,8 oC ).
3. Bayi tidak mengalami infeksi.
Hasil : tali pusat tidak kemerahan, tidak berbau busuk dan bayi tidak demam.
4. Ibu megerti tentang apa yang telah disampaikan dan bersedia melaksanakan semua anjuran yang telah diasampaikan oleh bidan.



















PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
(SOAP)
Tgl 11 – 12 - 2009

A. IDENTITAS BAYI
Nama : Bayi Ny ‘A’.
Umur : 1 hari.
Tanggal/jam lahir : 11 – 12 - 2009 Jam 09.30 WITA.
BBL/PBL/JK : 2500 gram/48 cm/perempuan.
Anak ke : I.

B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama : Ny ‘ A ‘ / Tn ‘ J ‘
Umur : 31 tahun / 38 tahun
Suku : Selayar / Bugis.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Desa Inalahi, Wawotobi.

DATA SUBYEKTIF (S)
- Ibu mengatakan HPHT tgl 15 – 3 – 2009.
- Ibu mengatakan bayinya lahir tagl 11 – 12 – 2009 Jam : 09.30 WITA.
- Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah.
- Ibu mengatakan kemampuan mengisap bayinya baik dan ASI belum terlalu lancar.

DATA OBYEKTIF (O)
- TP : 22 – 12 – 2009.
- Masa gestasi 38 minggu + 5 hari.
- Keadaan umum bayi baik.
- BBL/PBL/JK : 2500 gram/48 cm/perempuan.
- Apgar Score : 8/9
- TTV (P : 48 x/menit, S : 36,8 oC, N : 124 x/menit.
- Kulit kemerahan.
- Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril.
- Tidak ada kelainan anatomi dan fisiologi.

ASSESMENT (A)
Bayi baru lahir normal, cukup bulan, sesuai umur kehamilan 38 minggu + 5 hari.

PLANNING (P)
1. Memantau keadaan umum dan TTV bayi.
Hasil : KU bayi baik dan TTV ( P: 48 x/menit, S : 36,8 oC, N : 120 x/menit ).
2. Memberi kehangatan pada bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut yang bersih dan kering.
Hasil : bayi tetap hangat.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti pembungkus tali pusat setiap kali habis mandi.
Hasil : bayi tidak mengalami infeksi.
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti popok bayinya setiap kali basah.
Hasil : bayi tidak mengalami hipotermi dan ruam popok sebagai reaksi kulit terhadap amoniak pada urine dan penyebaran bakteri dari feces.
5. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
Hasil : produksi ASI menjadi lancar dan refleks mengisap bayi menjadi baik.
6. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Perawatan tali pusat.
b. ASI eksklusif.
c. Tanda-tanda infeksi.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
7. Anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu.
Hasil : ibu mau dan bersedia untuk mengatar bayinya ke Posyandu jika sudah pulang dan sehat kembali.

Read more!

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENAL CARE
PADA NY ‘ M‘ DENGAN GOMELI DI RUANG
POLI KIA/KB RSUD. KAB. KONAWE
TANGGAL 1 DESEMBER 2009

No. Reg : 01 – 04 - 48
Tgl Masuk : 1 – 12 - 2009

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny ‘ M ‘ / Tn ‘ A ‘
Umur : 30 tahun / 35 tahun
Suku : Tolaki / Tolaki
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SD / Sanawia
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat : Lrg Sapumbinisi (Pondidaha)
B. DATA BIOLOGIS/FISIOLOGIS
1. Keluhan Utama : Ibu sering buang air kecil dan sesak nafas.
2. Riwayat keluhan utama :
a. Mulai timbulnya sejak umur kehamilan trisemester III.
b. Sifat keluhan : Sering.
c. Faktor Pencetus : karena adanya kehamilan/pembesaran uterus sehingga kandung kemih tertekan.
d. Pengaruh keluhan terhadap aktifitas/fungsi tubuh : mengganggu
e. Keluhan yang menyertai : -
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
a. Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x yaitu : TT1 pada umur kehamilan 28 minggu dan TT2 pada umur kehamilan 32 minggu.
b. Tidak ada riwayat operasi dan transfusi darah.
c. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan.
d. Ibu tidak pernah menderita yang serius seperti malaria dan penyakit menular seperti HIV/AIDS atau PMS.
e. Tidak ada riwayat trauma.
4. Riwayat keluarga.
a. Tidak ada riwayat penyakit menular.
b. Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.
5. Riwayat Reproduksi
a. Riwayat Haid
- Menarche : ± 14 tahun
- Siklus haid : 28 – 30 hari
- Durasi haid : 4 – 5 hari
- Perlangsungan : normal
b. Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalian Nifas
Thn Umur/
Minggu Perlangsungan Penolong BB
Bayi KU
Bayi Perlangsungan Lama
Menyusui
1 1995 40 minggu Spontan LBK Bidan 2500 gr Baik Normal ± 1 thn
2 1997 40 minggu Spontan LBK Bidan 2500 gr Baik Normal ± 1 thn
3 1999 40 minggu Spontan LBK Bidan 2500 gr Baik Normal ± 1 thn
4 2001 40 minggu Spontan LBK Bidan 2500 gr Baik Normal ± 1 thn
5 2007 40 minggu Spontan LBK Bidan 2500 gr Baik Normal ± 1 thn

c. Kehamilan sekarang
1. GVI PV AO
2. HPHT : 1 – 4 – 2009
TP : 1 – 1 - 2010
3. Pergerakan janin dirasakan pada umur kehamilan 4 Bulan sampai sekarang pada area abdomen bagian bawah.
4. Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 2x selama hamil, pada umur kehamilan 24 minggu dan 32 minggu.
5. Sejak amenorea
o Tidak ada spoting.
o Sakit kepala (pusing timbul kadang-kadang)
d. Riwayat ginekologi
Tidak ada riwayat penyakit neoplasma (tumor), PMS atau infertilitas.
e. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Ibu mengatakan pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulanan.
6. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Kebiasaan
a. Pola makan ibu : teratur.
b. Jenis makanan : nasi, sayur, ikan, susu dan buah-buahan.
c. Frekuensi makan : 3 x sehari.
d. Kebutuhan cairan : 6 – 8 gelas sehari.
b. Selama Hamil
Tidak ada perubahan pada pola kebutuhan nutrisi ibu.
2. Kebutuhan eliminasi
a. Kebiasaan
- Frekuensi BAK : 3 - 4 kali/hari
- Warna/Bau khas : kuning muda/amoniak
- Gangguan eliminasi BAK : Tidak ada
- Frekuensi BAB : 1 kali/hari
- Warna/Konsistensi : kuning/lunak
- Gangguan BAB : tidak ada
b. Selama Hamil
Ibu mengatakan sering BAK.

3. Personal Hygiene.
o Kebiasaan
- Kebersihan rambut.
Ibu keramas 3 x seminggu menggunakan shampoo.
- Kebersihan badan.
Ibu mandi 2x sehari menggunakan sabun mandi
- Kebersihan gigi/mulut.
Ibu menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur.
- Kebersihan genitalia.
Genitalia dan anus dibersihkan setiap kali mandi dan setiap kali BAK dan BAB.
- Kuku kaki dan tangan.
Dipotong setiap kali panjang.
- Pakaian.
Diganti setiap kali mandi dan setaip kali kotor.
4. Kebutuhan istirahat/tidur
- Istirahat / tidur siang (2 - 3 jam/hari)
- Istirahat / tidur malam (6 - 8 jam/hari)
Selama hamil.
Ibu sering terbangun karena ingin kencing.
5. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan ibu baik sesuai dengan usianya.
b. Kesadaran : Composmentis.
c. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 oC
N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
d. BB sekarang : 71 Kg.
e. Inspeksi / palpasi pemeriksaan kepala
- Rambut pendek, lurus hitam, dan tidak ada benjolan di kepala.
- Tidak pucat dan tidak ada edema.
- scelera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat.
- Lubang hidung simetris kiri dan kanan.
- Bibir tidak pucat, gigi utuh dan tidak ada yang berlubang.
- Telinga simetris kiri dan kanan dan tampak bersih.
f. Leher.
Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena jugularis.
g. Payudara.
Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol, hyperpigmentasi pada areola mamae.
h. Abdomen.
a. Palpasi Abdomen.
- Leopold I : TFU 2 jari bawah PX.
- Leopold II : Punggung kanan, Punggung kiri.
- Leopold III : Kepala, bokong.
- Leopold IV : Kepala dan bokong belum masuk PAP.
b. Auskultasi DJJ (+) : 140 kali/menit.
c. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan.
d. Pemeriksaan IAB : tidak dilakukan.
e. Tidak ada bekas operasi, pembesaran perut sesuai umur kehamilan, nampak striae livide.
f. Ekstremitas : tidak ada udema dan varises.
C. DATA PSIKOLOGIS/SOSIOLOGIS
- Ibu sangat senang dengan kehamilannya.
- Hubungan ibu dengan keluarga baik.
- Ibu sebagai pengelola rumah tangga selalu bermusyawarah dengan suami untuk mengambil keputusan.  
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR.
GVI PV AO, Umur kehamilan 35 minggu, punggung kanan/punggung kiri, intra uterin, janin hidup, kehamilan ganda (gemeli) presentase kepala dan bokong, kepala dan bokong belum masuk PAP, keadaan ibu dan janin baik dengan masalah ibu sering BAK.
1. GVI PV AO
Dasar :
DS : Ibu hamil yang keenam kalinya dan tidak pernah keguguran
DO : - Tonus otot tegang karena kehamilan ganda.
- Terdapat striae albicans dan linea alba.
Analisa dan interpretasi.
- Ibu mengatakan hamil yang keenam kalinya, pada pemeriksaan fisik tonus otot perut tegang disebabkan karena kehamilan yang kembar (gemeli).
- Stiroe albicans dan linea alba timbus sebagai lanjutan dari stiraea livide dan linea nigra ini disebabkan karena peningkatan melanophore stimulating hormon yang dihasilkan lobus anterior hypofisis (Prawirihardjo ; 2008).
2. Umur kehamilan 35 minggui.
Dasar :
DS : Ibu haid teratur dan terakhir haid tgl ? – 4 – 2009.
DO : - TP : ? – 1 – 2010.
- pembesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Analisis dan interpretasi
- Dari hasil HPHT tanggal ? – 4 - 2009 sampai dengan kunjungan tanggal 1 – 12 - 2009 maka masa gestasinya adalah 24 minggu 5 hari.
- Pada kehamilan 34 minggu 5 hari TFU 2 jbpx.
(Prawirihardjo, 2008).
3. Punggung kanan. Punggung kiri.
Dasar :
DS : gerakan janin sering dirasakan pada pertengahan abdomen.
DO : leopold II punggung kanan dan punggung kiri.
Analisis dan Interpretasi :
Pada leopold II teraba kepala dan bokong, pada bagian kanan dan kiri yaitu teraba kepala keras dan melenting dan teraba lunak tidak melenting.
(Prawirihardjo, 2008).
4. Intra uterin.
Dasar :
DS : janin teraba.
DO : ultrasonografi (USG) kehamilan intrauterin.
Analisis dan interpretasi :
- Pada kehamilan intra uterine maka janin hidup dan berkembang dalam uterus (kavum uteri).
- Ultrasonografi (USG) merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat keadaan janin didalam kandungannya.
5. Janin hidup.
Dasar :
DS : DJJ (+), frekuensi 136 x/menit.
DO : Tampak pergerakan janin.
Analisis dan interpretasi :
Dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan USG maka dapat ditentukan bahwa janin hidup yaitu dengan pergerakan-pergerakan dalam kandungan serta DJJ masih normal dan terdengar jelas pada saat pemeriksaan.
(Prawirihardjo, 2008).
6. Janin ganda.
Dasar :
DS : Ibu mengatakan pergerakan janin dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu.
DO : - Pada palpasi leopold III teraba bagian terbesar janin.
- DJJ terdengar jelas dan kuat pada kuadran kanan dan kiri.
- Pembesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Analisis dan interpretasi :
- Pada saat palpasi leopold III teraba bagian terbesar janin kepala dan bokong.
- Pembesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan.
7. Presentase kepala dan bokong.
Dasar :
DS : -
DO : - Pada Leopold I, TFU 2 jari bawah px, pada fundus teraba kepala dan
bokong.
- Pada leopold III, presentase kepala dan bokong.
Analisis dan interpretasi :
- Pada Leopold I : TFU 2 jari bawah px, pada fundus teraba kepala dan bokong yaitu terba keras, bundar dan melenting, teraba lunak, tidak bundar dan tidak melenting.
- Pada leopold III : pada bagian bawah uterus teraba bundar, lembek dan tidak melenting, terasa bundar keras dan melenting.
(Sarwono Prawirohardjo)
8. Kepala dan bokong belum masuk PAP.
Dasar :
DS : - Tidak ada spoting
- Ibu mengatakan tidak ada nyeri dan janin bergerak kuat.
DO : a Kesadaran ibu composmentis.
b. TTV ibu
TD : 120/80 mmHg
S : 36 oC
N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
c. Wajah tidak pucat.
d. Sclera mata tidak ukterus.
e. Tidak ada oedema pada wajah namun pada bagian tungkai kaki terdapat oedema.
f. Tampak pergerakan janin.
g. DJJ (+) 140 x/menit.
h. BB : 71 Kg.
Analisis dan interpretasi :
- Dengan dirasakan pergerakan janin yang kuat dan DJJ terdengar jelas dan teratur yang menandakan keadaan janin normal/baik (120 – 160 x/menit).
- TTV ibu masih dalam batas normal yang menandakan keadaan ibu baik.
(Asuhan kebidanan ibu hamil : Hal 72).
9. Keadaan umu ibu dan janin baik.
Dasar :
DS : - Ibu merasakan pergerakan janin kuat.
- DJJ (+)
DO : - Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
S : 36 oC
N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
- Penampilan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tidak ada oedema pada wajah, konjungtiva tidak pucat, scelera tidak ikterus.
Analisis dan interpretasi
Tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu dapat berkomunikasi dengan baik serta DJJ dalam batas normal, intensitas kuat dan irama teratur, menandakan bahwa keadaan umum ibu dan janin baik.
(Obstetri, Fisiologi Universitas Padjajaran Bandung, 1998).
10. Masalah sering kencing.
Dasar :
DS : Ibu mengeluh sering kencing.
DO : -
Analisis dan interpretasi :
- Pada trimester III ibu sering merasakan kencing-kencing karena terjadi pembesaran janin yang semakin bertambah sehingga bagian terbesar janin menekan kandung kemih ibu sehingga secara gravitasi akan membuat ibu sering BAK.
(Fat Tensa : The Obstetri dan Gynekologi : 2006).
- Karena pengaruh dirasakan hamil, turunnya kepala bayi pada hamil tua sehingga terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing dirasakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
(Manuaba, SPOG).
- Terjadi Hemodilusi menyebabkan metabolisme air seni makin lancar sehingga pembetukan air senipun akan bertambah.
(Manuaba, SPOG).












LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

LANGKAH IV : EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI
Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera/kolaborasi.

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN KEBIDANAN
Tujuan :
Menyiapkan secara fisik, psikis dan sosial ibu dan keluarga dengan :
a. KU ibu dan janin baik.
b. Proses kehamilan dapat berlangsung normal.
c. Menjalin komunikasi yang membina dan baik saling percaya dengan ibu beserta keluarga serta tetap menjaga rasa aman dan nyaman ibu.
d. Mendeteksi secara dini adanya tanda bahaya kehamilan dan mencegah terjadinya komplikasi kehamian.
e. Ibu dapat berfikir wajar dan positif akan kehamilannya.
Kriteria keberhasilan :
a. Respon baik dari ibu dan keluarga terhadap apa yang telah diidikasikan bersama bidan.
b. Ibu dan janin dalam keadaan baik.
c. Ibu dapat beraktifitas seperti biasa tanpa rasa takut dan cemas yang berlebihan.
Rencana tindakan :
1. Senyum, sapa dan salam pada ibu.
Rasional :
Senyum sapa dan salam membantu dalam menjalin suasana akrab dengan ibu dan keluarga ibu serta dapat memberi rasa nyaman dan kepercayaan.
2. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan hal-hal yang dianggap perlu/penting.
Rasional :
Penyampaian dan menjelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu sangat penting agar ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya serta hal ini merupakan tujuan utama pelayanan antenatal yang berkualitas.
3. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi suplemen besi dan mineral yang diberikan.
Rasional :
Suplemen zat besi dapat membantu meningkatkan kadar HB ibu disamping intake dan makanan yang mengandung zat besi.
4. Berikan Health Education.
a. Personal hygiene yaitu kebersihan tentang pakaian dalam dan area sekitar genetalia.
Rasional :
Keluhan sering kencing dapat mengakibatkan integrasi kulit pada area genetalia luar menjadi lembab, sehingga mudah terkena infeksi sehingga pakaian dalam ibu perlu diperhatikan diganti apabila lembab atau basah. Daerah genetalia dikeringkan dengan handuk kering dan lembut setiap selesai buang air kecil atau buang air besar.
b. Gizi seimbang selama hamil.
Ibu dianjurkan memenuhi tambahan kalori 390 kalori/hari dengan :
- Mengkonsumsi sumber makanan protein hewani seperti : ikan, telur, susu.
- Makan sedikit tapi sering.
Rasional :
o Dengan mengkonsumsi ikan dan telur serta minum susu ± 200 cc/hari.
o Merupakan sumber utama protein sehingga dapat meningkatkan status kesehatan ibu dan janin.
o Makanan dengan porsi kecil tapi sering dapat mengurangi rangsangan mual dan muntah.
- Istirahat cukup selama hamil, terutama siang dengan tidur, rebahan sesaat.
o Istirahat sejenak terutama disiang hari dapt mengurangi beban kerja jantung yang mengalami peningkatan karena kehamilan.
o Istirahat juga dapt menghemat energi juga yang meningkat karena adanya janin.
o Jelaskan pada ibu bahwa sering buang air kecil merupakan hal yang normal.
Hal ini merupakan normal atau fisiologi dalam kehamilan terutama pada trimester III, ini diakibatkan oleh janin yang menekan kandung kemih sehingga ibu sering kencing.
o Anjurkan pada ibu memperhatikan janinnya.
Rasional :
Dengan mengajarkan kepada ibu cara menghitung gerakan janin ibu dapat memantau sendiri kondisi kesejahteraan janinnya secara obyektif sekaligus meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilannya.
o Diskusi tentang tanda bahaya kehamilan.
Setiap ibu hamil beresiko untuk mengalami komplikasi sehingga setiap ibu hamil harus diberitahu tanda-tanda bahaya kehamilan. Sehingga ibu mengerti apa yang harus dilakukan untuk tetap menjaga kesehatannya atau apa yang harus dilakukan ibu jika ada salah satu dari tanda bahaya yang dia alamai antara lain jika ibu mengalami :
1. Perdarahan dari jalan lahir.
2. Perdarahan disertai atau tanpa nyeri.
3. Terdapat perubahan/penurunan gerakan janin.
4. Mengalami sakit kepala yang hebat dan mantap.
5. Timbul bengkak terutama pada wajah dan tangan disertai dengan penglihatan atau kabur.
Rasional :
Dengan memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan ibu akan mengerti dan melaksanakan anjuran bidan jika ibu mengalami salah satu tanda bahaya kehamilan.
o Diskusi tentang persiapankelahiran dan persalinan.
Persiapan kelahiran dan persalinan sangat penting bagi ibu termaksud pemulihan tempat persalinan, penetuan penolong persalian, perkiraan biaya persalinan, persiapan keluarga yang ditinggal selama di R.S.
Rasional :
Dengan diskusi persiapan ibu baik fisik, psikis dan finansial sehingga ibu akan menghadapi persalinan tanpa rasa cemas yang berlebihan.
o Kesiapan ibu jika timbul komplikasi.
Komplikasi kehamilan tidak diharapkan tapi jika timbul komplikasi maka setiap ibu hamil harus disiapkan untuk mengatasinya dengan pertolongan segera.
Rasional :
Dengan menyampaikan kepada ibu tentang apa yang harus dilakukan jika timbul komplikasi maka ibu beserta keluarga dapat mengambil keputusan cepat dan tepat untuk mengambil keputusan.


LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 1 -12 - 2009 Jam 09.30 WITA
1. Memberi senyum, sapa dan salam.
Hasil : ibu dengan senang hati membalas senyum.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan hal-hal yang dianggap perlu/penting.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk minum secara teratur suplemen zat besi dan mineral yang diberikan yaitu : SF 1 x 1 dan kalk 2 x 1 sehari.
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukannya.
4. Berikan HE (health education) tentang :
a. Personal hygiene dengan menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dalam yang lembab/basah dan mengeringkan daerah genetalia setiap kali selesai BAK/BAB.
b. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi yang bersumber dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup selama hamil dan menganjukan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang terlalu cepat.
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan.
5. Menjelaskan pada ibu bahwa sering buang air kecil merupakan hal yang normal dan merupakan gangguan ringan dalam kehamilan yang disebabkan oleh penekanan pada uterus yang membesar pada kandung kemih.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Mendiskusikan pad ibu tentang tanda bahaya kehamilan dan apa yang harus ibu lakukan jika ibu mengalami salah satu dari bahaya seperti :
o Perdarahan dari jalan lahir.
o Nyeri kepala yang hebat dan berulang.
o Gangguan penglihatan.
o Bengkak tangan dan wajah.
o Nyeri hebat pada ulu hati.
o Janin tidak bergerak seperti biasa.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
7. Mendiskusikan dengan ibu tentang persiapan kelahiran dan persalinan seperti pemilihan tempat persalian, penolong persalinan, perkiraan biaya persalinan.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
8. Menganjurkan pada ibu untuk menjadi akseptor KB.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

LANGKAH VII : EVALUASI
Tgl 1 – 12 – 2009 jam : 09.40 WITA.
1. Kesadaran composmentis.
2. TTV ibu
TD : 120/80 mmHg
S : 36 oC
N : 88 x/menit
P : 20 x/menit
3. Ibu senag kehamilannya normal dan ibu mengerti bahwa gangguan yang diraskan yaitu sakit perut tembus belakang adalah hal yang normal.
4. Ibu mengerti tentang semua yang telah dijelaskan dan besrsedia melakukan semua hal yang telah dianjurkan oleh bidan.
5. Ibu mengatakan ingin melahirkan dirumah sakit atau klinik kebidanan.


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
(SOAP)
Tanggal 1 – 12 - 2009

IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny ‘ M ‘ / Tn ‘ A ‘
Umur : 30 tahun / 35 tahun
Suku : Tolaki / Tolaki
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SD / Sanawia
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat : Lrg Sapumbinisi (Pondidaha)

SUBYEKTIF (S)
- Ibu mengatakan hamil yang keenam kalinya dan tidak pernah keguguran.
- Ibu mengatakan HPHT : ? – 4 - 2009.
- Ibu mengatakan sering BAK selam trimester III.
- Ibu mengatakan mengatakan tidak ada nyeri tekan pada perut.
- Ibu mengatakan sering merasakan gerakan janinnya.

DATA OBYEKTIF (O)
- Keadaan umum ibu baik
- Kesadaran composmentis
- TP tanggal ? – 1 - 2010
- Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36 oC
- Muka tidak pucat.
- Scelera tidak ikterus.
- Konjungtiva tidak pucat.
- Tidak ada oedema pada wajah dan tungkai.
- Tonus otot perut tegang.
- Tampak striae albicans dan linea nigra.
- Tampak pergerakan janin pada dinding abdomen.
- Pembeesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan.
- Palpasi leopold
Leopold I : TFU 2 jari bawah PX.
Leopold II : Punggung kanan, Punggung kiri.
Leopold III : Kepala, bokong.
Leopold IV : Kepala dan bokong belum masuk PAP.

ASSESMENT (A)
GVI PV AO, Umur kehamilan 35 minggu, puka/puki, intra uterin, janin hidup kehamilan ganda (gemeli), presentase kepala dan bokong, kepala dan bokong belum masuk PAP, keadaan ibu dan janin baik dengan masalh ibu sering buang air kecil (BAK).

PLANNING (P)
Tanggal 1 – 12 – 2009 jam 09.30 WITA
1. Memberi senyum, sapa dan salam.
Hasil : ibu dengan senang hati membalas senyum.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan hal-hal yang dianggap perlu/penting.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk minum secara teratur suplemen zat besi dan mineral yang diberikan yaitu : SF 1 x 1 dan kalk 2 x 1 sehari.
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukannya.
4. Berikan HE (health education) tentang :
a. Personal hygiene dengan menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dalam yang lembab/basah dan mengeringkan daerah genetalia setiap kali selesai BAK/BAB.
b. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi yang bersumber dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup selama hamil dan menganjukan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang terlalu cepat.
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan.
5. Menjelaskan pada ibu bahwa sering buang air kecil merupakan hal yang normal dan merupakan gangguan ringan dalam kehamilan yang disebabkan oleh penekanan pada uterus yang membesar pada kandung kemih.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Mendiskusikan pad ibu tentang tanda bahaya kehamilan dan apa yang harus ibu lakukan jika ibu mengalami salah satu dari bahaya seperti :
o Perdarahan dari jalan lahir.
o Nyeri kepala yang hebat dan berulang.
o Gangguan penglihatan.
o Bengkak tangan dan wajah.
o Nyeri hebat pada ulu hati.
o Janin tidak bergerak seperti biasa.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
7. Mendiskusikan dengan ibu tentang persiapan kelahiran dan persalinan seperti pemilihan tempat persalian, penolong persalinan, perkiraan biaya persalinan.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
8. Menganjurkan pada ibu untuk menjadi akseptor KB.
Hasil : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

Read more!

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU PADA KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007-2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam usaha safe motherhood menyatakan bahwa pendekatan risiko yang mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berrisiko sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat diramalkan pada saat kehamilan, karena kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. (Winkjosastro, 2002)
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban bagi seorang wanita. Dalam kehamilan dan persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi resiko terjadinya penyakit atau komplikasi baik ringan maupun berat yang dapat memberikan bahaya kematian, kesakitan, ketidaknyamanan ataupun ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).
Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu, pertama kehamilan. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan (graviditas) atau jumlah persalinan yang dialami ibu (paritas) selain itu kemungkinan terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan (Cuningham, 2002).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi, bahkan jumlahnya meningkat. Hal ini merupakan cerminan keterpurukan hak-hak kesehatan reproduksi perempuan, sekitar 25-50% kematian perempuan usia subur disebabkan oleh masalah yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas. (Winkjosastro, 2002 )
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa pada tahun 2003 terdapat 1 dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba falopii, yang sebagian besar (80 %) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun ke atas serta dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. (Cunningham, 2001)
Beberapa sumber menyebutkan bahwa AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di Negara ASEAN. Pada tahun 2008 menunjukan AKI 307/100.000 kelahiran hidup atau 20.000 per hari, berarti 50,5 perhari atau 2,1 % per jam. Yang antara lain disebabkan oleh perdarahan (53,23 %), infeksi (11,29 %), eklamsia 27,42 % lain-lain (8,06 %) (Depkes RI, 2008).
Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik atau 0,02%.s (BPS Kesehatan, 2007). Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2007 terdapat 153 kehamilan ektopik diantara 4007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan. Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan Indonesia sehat 2010 adalah menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbesar ( 58,1 %) adalah karena perdarahan dan eklamsi. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-45 tahun melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut survei hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun (Winkjosastro, 2002).
Tingginya angka kematian maternal yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi faktor didalam dan faktor diluar kesehatan. Beberapa faktor kesehatan antara lain : tindakan aborsi yang tidak aman, perdarahan ante, intra, dan postpartum infeksi, persalinan macet, penyakit hipertensi, anemia dan kehamilan ektopik. Dari segi medis sebenarnya sudah diketahui usaha-usaha preventif dan pengobatan yang mampu menolong wanita khususnya wanita hamil sehingga dapat terhindar dari bahaya kematian. Hanya saja sistem pelayanan terhadap hal ini terasa masih kurang memadai. (Cunningham, 2002)
Sedangkan di Sulawesi Tenggara pada tahun 2007 angka kejadian kehamilan ektopik sebanyak 10 per 1.000 kelahiran atau 0,01%. Namun demikan data tersebut akan mengalami peningkatan yang disebabkan oleh banyaknya wanita hamil pada usia 35 tahun ke atas. (Depkes RI, 2007)
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara dilaporkan bahwa pada tahun 2007 sampai tahun 2009 ibu hamil dengan kehamilan ektopik sebanyak 46 kasus dari 1972 persalinan atau 2,4%.
Mengingat hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Gambaran Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik sejumlah 4,8% Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007–2009.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah Bagaimanakah Gambaran Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 - 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik Di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009 berdasarkan umur ibu
b. Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik Di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009 berdasarkan paritas ibu
c. Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Pada Kasus Kehamilan Ektopik Di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009 berdasarkan riwayat abortus ibu.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan dan menurunkan angka kejadian kasus ini.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat umum dan ibu hamil khususnya diharapkan dapat memperoleh gambaran informasi tentang kehamilan ektopik sehingga dapat menambah pengetahuan ibu tentang factor resiko atau komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sarana belajar dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman dan juga sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap permasalahan tentang kejadian kehamilan ektopik.

E. Keaslian Penelitian
Telah ada penelitian terdahulu yang mengkaji hal-hal yang menyangkut pemanfaatan pelayanan kesehatan, namun dalam penelitian ini memfokuskan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin, penelitian yang telah dilakukan :
1) Penelitian Elvi Ibrahim (2006), tentang studi tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan ektopik di RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian Elvi Ibrahim yaitu Penelitian Deskriptif, Lokasi penelitian di RSUD Propinsi Sultra Tahun 2006 dan subyek penelitian yaitu semua ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik.
2) Penelitian Abdullah (2006) tentang gambaran kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru Peride 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005. Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Data dikumpulkan dengan melihat kembali semua catatan medic kasus kehamilan ektopik terganggu yang tercatat dibagian rekam medic RSUD Arifin Achmad Pekan Baru. Data dikumpulkan dan diolah secara manual, kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel distribusi frekuensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri atas ovulasi, spermatozoa, konsepsi dan proses nidasi serta implantasi. Pada mata rantai konsepsi (fertilisasi), implantasi (nidasi) terjadi perubahan jasmani dan rohani, karena terdapat pengeluaran hormone spesifik dan menimbulkan gejala serta tanda hamil. (Muchtar, R, 2002).
Perubahan – perubahan endokrin, fisiologi dan anatomi yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang mungkin memberikan bukti presumtif, bahkan definitive bahwa ada kehamilan. Perubahan – perubahan ini terjadi akibat interaksi jaringan dari janin dan ibu, sebagai respon terhadap tanda-tanda yang dihantarkan antara janin (jaringan-jaringan janin) dan ibunya (jaringan maternal), serta melalui perkembangan janin itu sendiri (Muchtar, R, 2002)
Diagnosis kehamilan didasarkan atas gejala dan tanda-tanda tertentu yang diperoleh melalui riwayat dan ditemukan pada pemeriksaan, serta pada hasil-hasil uji laboratorium. Gejala dan tanda-tanda kehamilan tersebut dapat digolongkan :
1. Tanda tidak pasti hamil (Presumtif)
Yaitu perubahan fisiologi yang dirasakan dan berdasarkan pengalaman ibu yang sebagian besar menggambarkan bahwa ibu tersebut hamil. Tanda presumtif tersebut meliputi :
a. Tidak haid (amenorea)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat diketahui umur kehamilan atau tua kehamilan dan kapan tafsiran persalinan diperkirakan terjadi. Pada wanita sehat dengan haid teratur dan dapat diperkirakan, amenore menandakan kemungkinan kehamilan.
b. Mual dan muntah (Nausea dan Vomiting)
Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, kadang disertai emesis. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Biasanya setelah beberapa hari mulai pada pagi hari tetapi menghilang beberapa jam kemudian. Meskipun gejala ini menetap lebih lama dan mungkin terjadi pada waktu lain. Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertma kehamilan hingga akhir trimester pertama. Dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologis. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah ini disebabkan terjadi perubahan hormonal.
c. Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan. Tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d. Pingsan
Sering terjadi bila berada pada tempat ramai. Hilang sesudah 16 minggu.

e. Payudara menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli mammae. Glandula montogmery tampak lebih jelas. Hormone estrogen dan progesterone bersama dengan hormone Chorionic Somatomamotropin (HPL) menyebabkan pembesaran payudara, terasa tegang, berisi dan agak nyeri selama 2 bulan dan pengeluaran kolostrum pada minggu ke 12.
f. Anorexia
Pada bulan-bulan pertama terjadi anorexia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul kembali.
g. Gangguan kencing
Selama trimester pertama kehamilan, uterus yang sedang membesar, mendesak kandung kencing sehingga dapat menyebabkan sering kencing. Secara bertahap frekuensi kencing berkurang, pada waktu kehamilan bertambah tua dan uterus naik ke dalam rongga abdomen. Tetapi gejala ini muncul kembali pada waktu mendekati akhir kehamilan, ketika kepala bayi turun ke panggul.
h. Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan hormone steroid.


i. Letih
Mudah letih adalah ciri – cirri kehamilan dini yang sering terjadi dan memberikan kunci diagnostic yang berharga. Hal ini merupakan salah satu akibat dari perubahan fisiologis yang terjadi pada trimester pertama, dimana terjadi penurunan basic metabolic rate (BMR) pada awal kehamilan.
j. Pigmentasi kulit
Terjadi pada umur kehamilan 12 minggu ketas yang disesbkan oleh pengaruh hormone kortikosteroid yang merangsang melanophore dan hiperpigmentasi di pipi, hidung, dan dahi dikenal sebagai kloasma gravidarum.
k. Epulis dan Varises
Epulis adalah suatu hipertropi papilla ginggifal, sering terjadi pada triwulan I, varises sering dijumpai pada triwulan terakhir, didapat pada daerah genitalia eksterna, fossa poplika kaki dan betis (Muchtar, R)
2. Tanda Kemungkinan Hamil (Tanda Probabilitas)
a. Pertumbuhan dan perubahan uterus
1) Tanda hegar adalah melunaknya segmen bawah uterus
2) Tanda goodel adalah melunaknya serviks
3) Lightening adalah turunya janin tiba-tiba kedalam pelvis ibu sebagai persiapan lahir
4) Ballotemen adalah pantulan yang terjadi ketika jari pemeriksa mengetuk janin yang mengapung dalam uterus, menyebabkan janin berenggang menjauh dan kemudian kembali ke posisi semula.
5) Uteri soffle (desiran) adalah goyangan, desiran nadi yang terdengar diatas uterus ibu hamil
6) Kontraksi Braxton hicks adalah kontraksi intermitten yang mungkin dapat terjadi selama masa kehamilan.
b. Perubahan Abdomen
1) Striae gravidarum
2) Linea nigra
c. Pemeriksaan Laboratorium (+)
3. Tanda Pasti Kehamilan (Tanda Positif)
a. Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin
b. Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin
c. Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen
d. Tampak kerangka janin pada pemeriksaan roentgen
e. Dapat dilihat adanya janin pada USG. (Saifuddin, 2002)
4. Diagnosis banding
Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan.

a. Hamil palsu (Pseudocyesis)
Gejala dapat sama dengan kehamilanm seperti amenorea, perut membesar, mual muntah, ASI keluar bahkan wanita ini merasakan gerakan janin.
b. Mioma Uteri
Perut dan rahim membesar, namun pada perabaan rahim terasa padat kadang kala berbenjol-benjol namun tanda kehamilan negative.
c. Kista Uteri
Perut membesar bahkan makin membesar namun reaksi kehamilan negatif
d. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urine
e. Hematometra
Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan hymen imperforate stenosis vagina atau serviks ( Saifudin, 2002)
Sungguh amat ideal bila tiap wanita mau memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Keuntungannya adalah kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut segera diketahui dan segera dapat diatasi. Petunjuk hendaknya diberikan mengenai cara hidup, istirahat, diet dalam kehamilan, penting pula memberi pengertian suaminya tentang keadaan istrinya yang hamil, fisik dan mental segala sesuatunya hendak diarahkan sehingga diperoleh kepercayaan sepenuhnya dari penderita. (Hanifa W, 2000)


B. Tinjauan Umum tentang Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang diluar uterus. Kehamilan ektopik ini paling sering terjadi pada tuba fallopi. Penyebab kehamilan tuba belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi factor fredisposisinya adalah tuba yang mengalami obstruksi (sumbatan). Juga dikatakan terdapat insidensi yang lebih tinggi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.
Apabila embrio berkembang didalam isthmus, yaitu bagian yang paling sempit, maka embrio tadi akan segera mengerosi (merusak) lapisan tipis jaringan pada proses implantasi, sehingga memecahkan tuba dan membuka vasa-vasa darah besar sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Keadaan demikian disebut sebagai kehamilan ektopik yang pecah dan menyebabkan gawat abdomen akut. Transfuse darah kemudian diikuti operasi segera, dengan melakukan eksisi tuba, merupakan operasi penyelamat jiwa. (Sylvia verralls : 2002)
Perjalanan hasil konsepsi dapat terganggu dalam perjalanan sehingga tersangkut dalam lumen tuba. Tuba faloopi tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang dan menampung pertumbuhan janin sehingga setiap saat kehamilan yang terjadi terancam pecah. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm. Perjalanan klinik kehamilan ektopik bervariasi, sehingga bidan dapat dimintai pertolongan pertama. Oleh karena itu bidan didaerah pedesaan perlu mengetahui kemungkinan terganggunya kehamilan ektopik, sehingga dapat melakukan rujukan medis. (Manuaba, 2002)
Terdapat dua pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus.
a. Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik :
b. Pars interstisial tuba
c. Pars ismika tuba
d. Pars ampularis tuba
e. Kehamilan infundibulum
f. Kehamilan abdominal primer atau sekunder
Kejadian kehamilan ektopik bervariasi pada setiap pusat penelitian atau rumah sakit. Frekuensi ini tergantung dari beberapa faktor diantaranya :
a. Pemakaian antibiotika
1. Memyebabkan kesembuhan dari infeksi pada tuba, tetapi lumennya menyempit sehingga memperbesar kejadian hamil ektopik.
2. Pemakaian alat kontrasepsi meningkatkan kejadian hamil ektopik, karena fungsinya menghindari hamil tetapi tidak sekaligus mengurangi kejadian hamil ektopik.
b. Umur penderita hamil ektopik antara 20 sampai 40 tahun dengan puncaknya pada usia sekitar 30 tahun.
2. Penyebab Kehamilan Ektopik
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Gangguan pada lumen tuba
1. Infeksi menimbulkan perlekatan endosalping sehingga penyempitan lumen.
2. Hipoplasia tuba sehingga lumenya menyempit
3. Operasi plastik pada tuba (rekonstruksi) atau melepaskan perlekatan dan tetap menyempitkan tuba.
b. Gangguan diluar tuba
1. terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemungkinan implantasi
2. terdapat divertikel pada lumen tuba
3. terdapat perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba
4. kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba dalam keadaan blastula.
Berikut ini berbagai faktor yang menyebabkan kehamilan ektopik yaitu :
1. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah dibuahi kedalam kavum uteri.
a. Salpingitis, khususnya endosalpingitis, yang menyebabkan mukosa tuba mengalami penyempitan tuba sehingga terjadi pembentukan kantong-kantong buntu.
b. Kehamilan ektopik sebelumnya, insidensi kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15 %. Meningkatnya risiko ini kemungkinan besar disebabkan oleh salpingitis yang terjadi sebelumnya.
c. Pembedahan sebelumnya, biasa dilakukan untuk memperbaiki patensi tuba atau kadang-kadang dilakukan pada kegagalan sterilisasi.
d. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar resiko terjadinya kehamilan ektopik. Risiko ini akan terjadi dua kali lipat setelah menjalani abortus induksi
e. Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksa.
2. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi kedalam kavum uteri.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah dibuahi.
Dengan terjadinya implantasi didalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan :
A. Hasil konsepsi mati dini
1) Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara dini
2) Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi.
B. Terjadi abortus
1) Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil mati dan lepas dalam lumen.
2) Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta membentuk timbunan darah
3) Tuba tampak berwarna hijau pada saat dilakukan operasi
C. Tuba fallopi pecah
1) Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah
2) Jonjot villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah ke dalam abdomen
3) Ruptura tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan abdominal sekunder
4) Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar. (Cunningham, 1995)
3. Gejala Klinik Kehamilan Ektopik
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau terjadi rupture tuba. Mungkin dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya kedalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi. Dengan demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1. Amenorea
a. Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.
b. Dengan amenore dapat dijumpai tanda hamil muda, yaitu morning sickness, mual muntah, terjadi perasaan ngidam.
2. Terjadi nyeri abdomen
a. Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
b. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung dari perdarahan didalamnya.
c. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri didaerah bahu.
d. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan didaerah kavum Douglas akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar.
3. Perdarahan
a. Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.
b. Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok.
c. Hilangnya darah dari peredaraan darah umum yang mengakibatkan penderita tampak anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran menurun dan pada abdomen terdapat timbunan darah
d. Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri dikeluarkan dalam bentuk desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan dalam bentuk perdarahan hitam seperti menstruasi. (Manuaba, 2002)
4. Diagnosis Hamil ektopik terganggu
Menegakkan diagnosis Hamil ektopik terganggu tidaklah terlalu sukar dengan melakukan :
a. Anamnese tentang trias kehamilan ektopik terganggu
1) Terdapat amenorea (terlambat datang bulan)
2) Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh abdomen
3) Terdapat perdarahan melalui vaginal
b. Pemeriksaan fisik
1) Fisik umum
a. Penderita tampak anemis dan sakit
b. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
c. Daerah ujung dingin
d. Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah turun sampai syok
e. Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas-darah, nyeri saat perabaan.
2) Pemeriksaan khusus melalui vaginal
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin terasa tumor disamping uterus
d. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan (Saifuddin, 2001)
c. Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal dapat berlanjut sampai mencapai besar tertentu. Dalam perkembangannya kadang-kadang mencapai aterm, atau mati karena kekurangan nutrisi yang disebabkan plasenta tidak mencapai tempat yang baik. Karena trimplantasi di luar rahim, setiap gerakan menimbulkan rasa sakit, gerakan janin tampak dengan jelas dibawah dinding abdomen.
( Manuaba, 2002)
C. Gambaran Karakteristik Ibu
1. Umur Ibu
Ibu yang berusia tua dipertimbangkan dapat beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan khususnya kehamilan ektopik. Semakin banyak wanita yang berusia 35 tahun ke atas memiliki kecenderungan kehamilan ektopik. (Winkjosastro, 2002)
Umur beresiko pada ibu pada saat kehamilan dan persalinan. Umur < 20 tahun dan 25 – 35 tahun dalam kurun waktu reproduksi yang sehat dikenal bahwa umur yang aman untuk kehamilan. Sedangkan pada umur > 35 tahun sudah beresiko karena alat reproduksi tidak berfungsi secara sempurna (Manuaba, 2003). Pada umur kehamilan muda dalam 12 minggu pertama kehamilan, semakin muda umur kehamilan maka semakin berpotensi untuk terjadinya abortus. Disebabkan villi korialis belum menembus desidua secara mendalam dan plasenta belum terbentuk secara sempurna (Cunningham, dkk. 2001).
2. Paritas Ibu
Paritas adalah jumlah kelahiran yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu). Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan.
Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling aman, ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstertik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Manuaba, 2002). Jumlah anak yang telah dilahirkan dan hidup oleh ibu, menurut Royston, persalinan yang berulang akan menimbulkan banyak resiko. Dibuktikan bahwa persalinan pertama, kedua dan ketiga adalah persalinan yang aman. Ibu dengan paritas lebih dari tiga mempunyai resiko terjadinya kehamilan ektopik hal ini dikarenakaan sudah seringnya plasenta berimplantasi segmen bawah rahim menjadi rapuh dan banyak serabut kecil pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat riwayat persalinan (Wiknjosastro, 2002).
3. Riwayat Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Meningkatnya insidensi aborsi yang induksi menyebabkan kerusakan histologik dan structural terhadap tuba tanpa penanganan yang baik. Akibat kerusakan tersebut secara langsung akan menyebabkan terjadinya insidensi kehamilan ektopik pada ibu. Frekuensi aborsi lebih dari satu kali sangat beresiko tinggi menyebabkan kehamilan ektopik. (Manuaba, 2002) D. SKEMA KERANGKA KONSEP Keterangan : : Variabel Yang diteliti E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang diluar uterus. (Manuaba, 2002) 2. Umur Ibu Adalah umur ibu pada saat mengalami kehamilan, dengan kriteria : a. < 20 tahun b. 20 – 35 tahun c. > 35 tahun (Manuaba, 2002)
3. Paritas
Adalah Jumlah persalinan yang dialami oleh seorang ibu, dengan kriteria :
a. Paritas 1
b. Paritas 2 – 3
c. Paritas > 3 (Manuaba, 2002)
4. Riwayat Abortus
Adalah jumlah kejadian aborsi yang dialami oleh seorang ibu yang tercatat dalam status ibu, dengan kriteria :
a. 0
b. 1-2
c. ≥ 3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggambarkan karakteristik ibu pada kasus kehamilan ektopik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara dan waktu penelitian pada Bulan Juni 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang terdeteksi mengalami KET yang memeriksakan kehamilannya di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009, dengan jumlah sebanyak 46 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yang berjumlah 46 orang.
D. Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medik di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009 dalam buku register persalinan.


E. Pengolahan & Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara manual, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai dengan narasi.
Rumusan yang digunakan adalah (Notoadmodjo, 2002)
P = f / N x 100 %
Keterangan :
f : frekuensi yang sedang di uji persentasenya
N : numer of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu)
P : angka presentase (Notoadmodjo, 2002)


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Letak Geografis
RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara, terletak di Ibukota Propinsi tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan Jalan Dr. Ratulangi
Sebelah Timur : Berbatasan Laboratorium Kesehatan
Sebelah Selatan : Berbatasan Jalan Bunga Kamboja
Sebelah Barat : Jalan Saranani
2. Lingkungan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara berdiri diatas tanah seluas 37,020 m2. Luas seluruh bangunan adalah 9.764 m2. Halaman parkir seluas ± 1.500 m2. Sebagian lahan masih belum dimanfaatkan karena masih merupakan daerah rawa dan bila musim hujan tiba daerah tersebut akan tergenang sehingga sangat potensial untuk perkembangan vektor penyakit.
3. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara, mengacu pada Perda No. 3 Tahun 1999 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara adalah : melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan rawat jalan yakni poliklinik kesehatan anak, poliklinik bedah, poli paru, poliklinik THT, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan, poliklinik gizi, instalasi rehabilitasi medik, instalasi gawat darurat.
b. Pelayanan kesehatan rawat inap yakni penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, THT, kulit dan kelamin, neurology, kebidanan dan kandungan, perawatan intensif, perawatan bayi/perinatologi.
c. Pelayanan penunjang medik yakni patologi klinik, patologi anatomi, radiology dan farmasi/apotik.
5. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah tempat tidur yang berfungsi saat ini adalah 209 tempat tidur. Khusus ruang kebidanan terdapat 40 tempat tidur yaitu :
a. Ruang Kelas I : 10 Tempat tidur
b. Ruang Kelas II : 9 Tempat tidur
c. Ruang Kelas III : 20 Tempat tidur
d. Ruang Isolasi : 1 Tempat tidur
6. Ketenagaan
No. Jenis Ketenagaan Jumlah Tenaga
1. Dokter spesialis Anak 3
2. Dokter spesialis Obsgyn 3
3. Dokter spesialis Radiology 1
4. Dokter spesialis Anastesi 1
5. Dokter spesialis Patologi Klinik
1
6. Dokter spesialis Kulit dan Kelamin 2
7. Sarjana Keperawatan 1
8. Ners 2
9. Akbid 9
10. Bidan D1 32
11. SPK 86
12. Apoteker 1
13. Gizi 16
14. Tenaga Kesehatan lainnya 148
15. Tenaga Non Medis 69
RSUD Propinsi Sultra Bagian Kepegawaian

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2009.
Untuk mengetahui gambaran dan informasi tentang karakteristik Kehamilan Ektopik Pada Ibu maka dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder berdasarkan umur, paritas dan riwayat abortus. Setelah data sekunder dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan sesuai tujuan sebagai berikut :
a. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari faktor umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Umur Ibu yang mengalami Kehamilan Ektopik di RSUD Propinsi Sultra Tahun 2007-2009

Umur ( Tahun ) Jumlah ( n ) Persentase ( % )
< 20 2 4,34 20 – 35 40 86,9 > 35 4 8,6
Jumlah 46 100
Sumber : Data Sekunder Medical Record
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik kelompok umur 20 – 35 tahun relative lebih tinggi yakni 40 orang (86,9 %), sedangkan yang terendah kelompok umur < 20 tahun yakni 2 orang (4,34 %). b. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari Paritas Tabel 2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Paritas Ibu yang mengalami Kehamilan Ektopik di RSUD Propinsi Sultra Tahun 2007-2009 Paritas Jumlah ( n ) Persentase ( % ) Paritas 0 - 1 25 54,3 Paritas 2 - 3 10 21,7 Paritas > 3 11 23,9
Jumlah 46 100
Sumber : Data Sekunder Medical Record

Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik yakni pada paritas 0-1 sebanyak 25 orang (54,3 %), sedangkan yang terendah yakni pada paritas 2–3 sebanyak 10 orang (23,9%)
c. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari Riwayat Abortus
Tabel 3
Distribusi Frekuensi berdasarkan Riwayat Abortus Ibu yang mengalami Kehamilan Ektopik di RSUD Propinsi Sultra Tahun 2007-2009

Jumlah Abortus Jumlah ( n ) Persentase ( % )
Abortus 0 42 91,4
Abortus 1-2 3 6,52
Abortus ≥ 3 1 2,16
Jumlah 46 100
Sumber : Data Sekunder Medical Record

Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase riwayat abortus ibu yang mengalami kehamilan ektopik relative lebih tinggi pada ibu yang mengalami abortus (abortus 1-2) yakni 3 orang (6,52%), sedangkan yang terendah yakni abortus ≥ 3 sebanyak 1 orang (2,16%).
C. Pembahasan
Setelah mengadakan penelitian di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara dan dilanjutkan pengolahan data pada beberapa faktor yang diteliti yakni Umur, Paritas, dan riwayat Abortus maka penulis akan membahas faktor tersebut sehubungan dengan pemeriksaan kehamilan pada kunjungan trimester pertama.
1. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari segi umur Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik kelompok umur 20 – 35 tahun relative lebih tinggi yakni 40 orang (86,9 %), sedangkan yang terendah kelompok umur < 20 yakni 2 orang (4,34 %). Berdasarkan hasil penelitian diatas jumlah persentase kehamilan ektopik tertinggi pada umur 20 – 35 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia ini sudah terjadi kematangan reproduksi baik secara biologis maupun psikologi. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 35 tahun. Menurut Manuaba (2002) Usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan salah satu faktor resiko, sehingga pada usia ini akan mengalami komplikasi karena usia < 20 tahun fungsi alat reproduksi belum matang serta tubuhnya belum siap sepenuhnya untuk menghadapi kehamilan, sedangkan usia > 35 tahun fungsi hormone dalam tubuh mengalami kemunduran sehingga kemungkinan besar ibu hamil pada usia itu akan mengalami komplikasi. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor risiko tinggi suatu kehamilan dan penyebab penyulit persalinan yang antara lain adalah ibu berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Oleh karena itu, ibu hamil tersebut sebaiknya rajin melakukan pemeriksaan ANC. (Manuaba, 1998) Hal ini menunjukan bahwa terdapat ketidaksesuain antara teori dan hasil penelitian dimana berdasarkan teori mengatakan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya kehamilan ektopik adalah < 20 tahun dan > 35 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardianingsih, 2005 di Rumah Sakit Pringadi, Medan yang mengatakan bahwa umur 20 – 35 tahun merupakan salah satu indikasi terjadinya kehamilan ektopik, dengan angka kejadian 24, 2 %.
2. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari Paritas Ibu
Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik yakni pada paritas 0-1 sebanyak 25 orang (54,3 %), sedangkan yang terendah yakni pada paritas 2–3 sebanyak 10 orang (23,9%)
Berdasarkan hasil penelitian diatas, jumlah kehamilan ektopik tertinggi pada paritas 0 – 1, hal ini disebabkan adanya kehamilan atau persalinan sebelumnya tidak ditangani secara medis dengan pelayanan obstetric yang aman atau pada persalinan ditolong tenaga non medis.
Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling aman, ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau dicegah dengan KB. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Manuaba, 2002)
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hestiayuningsih, 2005 di Rumah Sakit Umum Cibabat-Cimahi yang mengatakan bahwa paritas 1 dan > 3 merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kehamilan ektopik, dengan angka kejadian 20, 8 %.
3. Karakteristik Ibu dengan Kehamilan Ektopik ditinjau dari Riwayat Abortus
Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa dari hasil perhitungan persentase riwayat abortus ibu yang mengalami kehamilan ektopik relative lebih tinggi pada ibu yang mengalami abortus (abortus 1-2) yakni 3 orang (6,52%), sedangkan yang terendah yakni abortus ≥ 3 sebanyak 1 orang (2,16%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Abdullah, 2006 dengan jumlah kehamilan ektopik dengan riwayat abortus 1-2 hal ini disebabkan adanya kegagalan kehamilan yang tidak ditangani secara medis dengan pelayanan obstetric yang tidak aman dan berlebihan.
Hal ini didukung oleh teori Adam et al, yang menyebutkan bahwa apabila abortus terjadi lebih dari satu kali akan memperbesar terjadinya kehamilan ektopik. Karena risiko ini akan berubah menjadi dua kali lipat setelah menjalani abortus dengan induksi, kenaikan risiko ini kemungkinan terjadi akibat peningkatan yang kecil tetapi bermakna pada insidensi salpingitis. (Cuningham, 2002)
Kejadian kehamilan Ektopik dengan riwayat abortus perlu menjadi perhatian semua pihak, mengingat akibat yang akan ditimbulkan karena kasus tersebut merupakan masalah penting yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas ibu.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Karakteristik Ibu dengan Kasus Kehamilan Ektopik (KET) pada Ibu Di RSUD Propinsi Sulawesi Tahun 2007-2009 maka disimpulkan :
1) Berdasarkan Umur ibu, hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik kelompok umur 20 – 35 tahun relative lebih tinggi yakni 40 orang (86,9 %), sedangkan yang terendah kelompok umur > 35 yakni 4 orang (8,6%).
2) Berdasarkan Paritas, hasil perhitungan persentase kejadian kehamilan ektopik yakni pada paritas 0-1 sebanyak 25 orang (54,3 %), sedangkan yang terendah yakni pada paritas 2–3 sebanyak 10 orang (23,9%)
3) Berdasarkan Riwayat abortus, hasil perhitungan persentase riwayat abortus ibu yang mengalami kehamilan ektopik relative lebih tinggi pada ibu yang mengalami abortus (abortus 1-2) yakni 3 orang (6,52%), sedangkan yang terendah yakni abortus ≥ 3 sebanyak 1 orang (2,16%).


B. Saran
1) Adanya penyuluhan dan pendekatan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan tentang faktor risiko tinggi suatu kehamilan dan penyebab penyulit persalinan yang antara lain adalah ibu berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Oleh karena itu, ibu hamil tersebut sebaiknya rajin melakukan pemeriksaan ANC.
2) Perlu adanya penyuluhan yang efektif dari petugas kesehatan khususnya bidan atau dokter dalam meningkatkan pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC), khususnya pada ibu dengan riwayat abortus dalam upaya mencegah terjadinya hal-hal yang beresiko kemungkinan dapat terjadi pada ibu hamil.
3) Perlu adanya kebijakan tenaga kesehatan khususnya bidan kepada masyarakat untuk mengatur jarak kehamilan dengan cara mengikuti program keluarga berencana (KB)

DAFTAR PUSTAKA


Cunningham FG, Mc Donald PC, Gant NF. 2002. William Obstetri. 18th edition Jakarta : EGC.

Depkes RI, 2008. Laporan BPS Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI, 2007. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu. Jakarta.

Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Muchtar R, 2002. Sinopsis Obstetri Jilid I edisi 2. Jakarta ; EGC

Manuaba IBG. 2002. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.

Natsir, M. 1998. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia : Jakarta.

Notoatmodjo S. 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Mintarsi, 2001. Kematian Maternal dan Berbagai Faktor terkait di Indonesia dalam Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia,

Silvia Verrals, 200. Anatomi Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Jakarta : EGC

Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. EGC.

Saifuddin, AB. 2001. Maternal dan Nenatal Kealth. Jakarta. EGC.

Sriyono, 2003. Perawatan Ibu dan Antenatal Anak di Puskesmas. Biro Hukum dan Humas Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Winkjosastro H, 2002 : Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Winkjosastro H, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Read more!